Tuesday 22 May 2018

tauhid dan munculnya aliran-aliran dalam islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam makalah ini, kami berusaha memberikan penjelasan mengenai perkembangan tauhid dan faktor-faktor tumbuhnya aliran-aliran dalam Islam. Penjelasan ini sangat diperlukan, mengingat Tauhid memiliki posisi yang terhormat dalam Islam dan Tauhid merupakan pijakan dasar, pondasi agama kita.
Tauhid memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola pikir umat Islam. Hal ini dapat dilihat dengan menilik sejarah yang telah lalu. Dilihat dari perkembangan Tauhid dimulai dari sebelum Nabi Muhammad dan sesudahnya.Tauhid dengan inti yang sama, yakni menetapkan sifat “wahdah” (satu) bagi Allah dalam Zat-Nya dan dalam hal perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini dan penghabisan segala tujuan.
Sejarah yang akan dijelaskan dalam makalah ini terkait penjelasan Tauhid dan Aliran-Aliran dalam Islam. Dengan membaca berbagai literatur-literatur tentangTauhid, maka kita akan memperoleh gambaran bahwa ke-Tauhidan sudah ada sejak Nabi adam a.s. sampai kepada Nabi Muhammad hingga saat ini.
Apa yang disampaikan
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Tauhid dalam Islam?
2.      Apa penyebab munculnya berbagai aliran Islam dalam bidang teologi, politik, dan bidang lainnya?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Tauhid dalam Islam?
2.      Untuk mengetahui apa penyebab munculnya berbagai aliran Islam dalam bidang teologi, politik, dan bidang lainnya?


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Sejarah Perkembangan Tauhid
Tauhid artinya mengetahui atau mengenal Allah, mengetahui dan meyakinkan bahwa Allah Ta’ala itu tunggal, esa, tidak ada sekutu baginya.
Sejarah menunjukkan bahwa sejak Nabi Adam adalah nenek moyang manusia yang pertama. Setelah itu ia memiliki banyak keturunan dan ditugaskan menjadi seorang Nabi kepada sekalian anak cucunya itu. Adapun ajaran yang dibawa oleh Nabi Adam adalah meng-Esakan Allah S.W.T. dan anak cucunya taat kepadanya.
Setelah Adam wafat, banyak lagi manusia yang diutus sebagai seorang Nabi untuk menuntun umat. Karena fitrah manusia yang suka dipimpin dan diatur, apabila mereka kehilangan pemimpin, maka hal tersebut akan mengakibatkan penyimpangan-penyimpangan dari jalan lurus menjadi keadaan yang kacau balau.
Begitu pulalah saat Nabi Adam wafat, umat sepeninggalnya kocar-kacir tidak berketentuan. Karena itulah Allah mengutus Nabi Nuh untuk mengatur dan memimpin manusia meskipun telah ada nabi-nabi yang diutus oleh Allah sebelum Nabi Nuh. Inti ajarannya sama, yaitu meneruskan ajaran Nabi Adam (untuk meng-Esakan Allah). Seperti Idris, Syeist, dan lain-lain.
Setelah Nabi Nuh wafat, umat manusia kehilangan pemimpin dan kacau kembali, hingga Allah mengutus Nabi Ibrahim a.s.. Selain mengajarkan dan memimpin ketauhidan kepada Allah S.W.T., beliau juga membawa dan mengajarkan syari’ah, yang diantaranya disyari’ahkan dalam agama yang dibawa Muhammad sebagai bukti adanya hubungan yang erat antara syari’ah Nabi Ibrahim dan syari’ah Nabi Muhammad s.a.w..
Diantara Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad s.a.w. banyak pula nabi-nabi yang diutus oleh Allah, diantaranya adalah Nabi Musa dan Nabi ‘Isya a.s. dengan tugas yang sama, yaitu untuk mengemban ketauhidan manusia.
Kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. adalah untuk mengembalikan dan memimpin umat manusia kepada Tauhid, mengakui keesaan Allah S.W.T. dengan ikhlas dan dengan semurni-murninya, seperti yang telah dibawakan oleh Nabi Ibrahim a.s. dahulu. Tauhid yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ini adalah sebagai yang digariskan dalam Al-Quran dan Hadist.
Karena sifat-sifat Allah telah terkandung dalam Al-Quran, maka orang-orang tidak pernah menanyakan perihal tersebut kepada Nabi Muhammad. Mereka lebih sering bertanya mengenai ibadah (sembahyang, puasa, zakat,dan amal saleh lainnya). Ditambah Nabi Muhammad tidak membuat banyak syarat-syarat yang dikemukakan oleh beliau kepada mereka yang hendak memeluk Islam dan cara yang digunakan oleh Nabi Muhammad sangat disesuaikan oleh kaumnya kala itu.
Kita ambil contoh dari hadits yang diriwayatkan oleh Syarid bin Suwaid Assaqafi yang artinya sebagai berikut :
“aku berkata, wahai Rasulullah. Bahwasanya ibuku mewasiatkan untuk memerdekakan seorang hamba sahaya mukmin sebagai amalan ibuku, sedang aku mempunyai seorang hamba yang hitam bangsa Nubi. Apakah kumerdekakan ia? Jawab Nabi : panggillah dia!
Lalu kupanggillah ia dan datanglah.
Tanya Nabi : Siapakah Tuhanmu? Jawab budak itu : Allah
Tanya Nabi lagi : Siapakah aku? Jawab hamba itu : Rasulullah
Kemudian Nabi bersabda : merdekakanlah ia, sesungguhnya ia adalah seorang mukmin.”
            Jelaslah bahwa hadits ini menunjukkan seseorang yang akan memerdekakan seorang hamba untuk memenuhi wasiat ibunya. Namun karena tidak berasal dari daerah Islam, orang tersebut datang kepada Nabi dan menanyakan perihal tersebut kepada Nabi Muhammad. Sederhana saja, Nabi bahkan tidak mendengarkan kalimat tasyahud dari orang tersebut, namun Nabi telah yakin bahwa hamba itu adalah mukmin setelah mendengar ber-Tuhan kepada Allah dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad. 
Kita mengetahui, bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, pemerintah dipegang oleh khulafaurrasyidin semenjak 11-40 H. Dimasa sahabat, ketauhidan sedikitpun tidak ada bedanya dengan dizaman Nabi. Sampai akhir abad pertama Hijrah, barulah mulai ada kegoncangan-kegoncangan, karena munculnya seseorang yang bernama Jaham Ibn Shafwan di negeri Parsi yang tidak mengakui adanya sifat-sifat Allah Ta’ala seperti Ilmu, qadrat dan sebagainya.Banyak kaum muslimin yang terpengaruh oleh hal itu. Namun berbeda dengan orang-orang yang tetap murni ketauhidannya, mereka bangun dan menentang Jaham dan menyatakan bahwa pendapat tersebut sesat. Dari sinilah berawal terciptanya aliran-aliran dalam Tauhid. Aliran-aliran dalam Tauhid itu sendiri terbentuk karena perpecahan yang terjadi sebab perbedaan pendapat dari umat islam tadi.Ditambah lagi pada awal masa Bani Ummayyah terjadinya penerjemahan-penerjemahan kitab filsafat kedalam bahasa Arab yang menimbulkan kecenderungan mental dalam pemikiran Islam.

2.      Pertumbuhan Aliran-Aliran dalam Islam
Semasa hidup Nabi Muhammad, umat islam hidup dalam ketentraman. Tidak ada masalah tentang kesulitan yang dilami oleh umat islam yang tidak bisa dipecahkan. Ketika mereka menemui kesulitan apapun baik itu urusan dunia ataupun agama, maka mereka mendatangi Nabi untuk meminta solusi. Nabi berada ditengah-tengah mereka sehingga permasalahan bisa diminimalisir dengan jalan keluar yang ditentukan oleh Nabi.
Ketika umat islam sedang pada puncak kejayaannya, pancaran cahaya berseri Nabi Muhammad SAW pun ikut mencurahkan segenap jiwa dan raganya untuk turut membela Islam. Mereka tidak pernah meninggalkan suatu urusan yang berhubungan dengan agama dan mereka tidak pernah memikirkan hal yang sulit, pada intinya suasana pada waktu itu sangat tentram aman dan damai. Segala sesuatu yang mereka lakukan didasarkan untuk memperkuat dasar-dasar agama dan meninggikan kalimah Allah.
Sehingga ketika sampai pada wafatnya Rasul, mulailah umat menemukan kerancuan-kerancuan yang sebelumnya belum mereka alami. Hal ini sangat sulit untuk dihadapi oleh kaum muslimin, sedang tokoh yang dijadikan sebagai andalan untuk tempat bertanya dan sebagai pemecah masalah sudah tida ada dan sulit untuk ditemukan pasca wafatnya Rasul.
Amidi seorang ahli sejarah, meriwayatkan perkembangan aliran-aliran dalam islam sebagai berikut :
Umat islam pada masa Nabi wafat, dalam keadaan bersatu dan mempunyai arah yang satu. Hanya beberapa orang saja yang menyeleweng, yang menyembunyikan kemunafikannya dan menyatakan kesetiaannya. Kemudian timbullah khilafiah, terutama dalam soal-soal ijtihad, yang tidak akan mengakibatkan binasanya iman atau kafirnya seseorang.
Tujuan Ijtihad ialah : untuk menegakkan si’ar agama dan menguatkan peraturan-peraturan syarak. Misalnya sebagai berikut :
1.      khilafiah terjadi dikala Nabi sedang sakit dan menyebabkan Nabi wafat.
Pada saat itu, nabi menyuruh para sahabat untuk menunggu beliau mengambilkan sepotong kertas guna menuliskan fatwa-fatwa yang akan ditinggalkan kepada umatnya, supaya tidak tersesat dikemudian hari sepeninggal beliau karena sangat cintanya beliau terhadap umatnya. Namun sayyidina Usman yang turut hadir berkata “Sesungguhnya nabi dalam keadaan sakit keras, sebaiknya tidak usahlah kita menyusahkan beliau lagi, cukuplah Kitabullah yang menjadi pedoman kita”. Hal tersebut mengakibatkan perbedaan pendapat dari para sahabat. Namun nabi meminta untuk berhenti memperdebatkan hal itu dan beliau akhirnya menyetujui apa yang dikatakan oleh Sayyidina Usman dan nampaknya beliaupun sudah memperoleh wahyu.
2.      Khilafiah dikalangan pertahanan yang dipimpin Usamah
Segolongan sahabat mengatakan supaya Usamah dapat disokong dan dipatuhi karena sabda Nabi ; “Biayailah tentara Usamah, karena Allah melaknati orang-orang yang menyalahinya”.
Usamah sendiri adalah anak Zaid. Zaid adalah anak angkat Nabi. Usamah diangkat menjadi kepala pasukan yang bergerak menuju menjalankan tugas ke Syam. Ketika Usamah akan berangkat, nabi turut mengantarkan pasukannya ke perbatasan kota, sedang Nabi sudah mulai sakit.
3.      Khilafiah dikalangan sahabat tentang wafatnya Nabi
Dalam hal ini, Umar mengingkari bahwa Nabi Muhammad wafat, karennya Abu Bakar meyakinkannya dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang Rasul. Sehingga Sayyidina umar dan Sayyidina Abu bakar menyatakan perihal tentang kesaksiannya untuk mengimani Allah dan Rasulnya sekalipun Rasul telah tiada.
4.      Khilafiah sahabat-sahabat dalam memutuskan dimana Nabi s.a.w dimakamkan
Dalam hal ini, ada yang mengatakan Nabi akan dimakamkan di Mekkah, ada juga yang mengatakan dimakamkan di Madinah dan adapula yang berpendapat dimakamkan di Baitul Maqdis. Namun tiba-tiba mereka mendapat berita dari seorang sahabat yang pernah mendengar Nabi, bahwa nabi-nabi terdahulu dimakamkan ditempat dimana mereka wafat. Maka sepakatlah para sahabat untuk memakamkan beliau dikamar itu juga, yang sekarang merupakan bagian perluasan masjid Nabawi.
5.      Khilafiah tentang pengangkatan pengganti Rasul
Dalam hal ini, kalangan Muhajirin menganggap dari kalangan mereka lebh berhak untuk meneruskan kepemimpinan Rasulullah, sedangkan kaum Anshar juga berpendapat demikian. Hal ini juga dikarenakan Rasulullah tidak meninggalkan wasiat atau sejenisnya untuk menentukan siapa penggantinya. Akhirnya, dengan proses musyawarah dan mufakat yang panjang, diambillah keputusan bahwa Abu Bakar dipilih sebagai khalifah yang meneruskan pemerintahan Rasulullah.
6.      Khilafiah  terhadap sikap memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat
Umar berpendapat bahwa umat Islam tidak berhak memerangi orang-orang yang sudah mengucapkan kalimat syahadat. Tetapi Abu Bakar mengatakan bahwa berhak diperangi untuk menyelenggarakan hak dari dua kalimat syahadat itu yaitu shalat dan zakat. Lalu Abu Bakar bersumpah akan menuntut dan memerangi orang-orang yang telah melanggar tersebut. Gagasan Abu Bakar itulah akhirnya yangdipegang oleh para sahabat.
7.      Khilafiah dalam penetapan Abu Bakar kepada Umar ketika menjadi Khalifah
Dalam hal ini diadakan kembali musyawarah dengan proses yang panjang dan tercapailah mufakat bahwa Umar Ibn Khattab yang menggantikan Abu Bakar. Begitu pula penetapan Umar atas 6 sahabat yang akan menggantikannya kelak. Maka terpilihlah Usman Ibn Affan menjadi khalifah. Kemudian Usman terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Kemudian dizaman pengangkatan Ali Ibn Abi Talib menjadi khalifah, banyak para sahabat yang tidak berbai’ah terhadap Ali. Akibatnya timbullah perang Jamal dan Siffin.
8.      Khilafiah dalam hukum-hukum furu’ (cabang)
Hal ini merupakan soal menentukan hak-hak waris yang akan diperoleh dari keluarga si mayit dan banyak lagi hukum-hukum lain yang termasuk hukum-hukum juzyat.
            Demikianlah khilafiah-khilafiah tersebut bertumbuh hingga akhir masa sahabat. Kemudian timbullah orang-orang yang bernama Ma’bad Al Juhany, Ghilan Ad Dimisyqi, Yunus Al Aswaru, yang berlainan pendapat tentang qadar. Khilafiah ini terus-menerus jadi bercabang-cabang dan terpecah-belahlah golongan Islam sampai mencapai 73 golongan. Sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya akan datang (terjadi) atas umatku sebagaimana yang terjadi atas Bani Israil, setapak demi setapak. Sehingga andainya terdapat dalam kalangan mereka yang orang mendatangi ibunya dengan terang-terangan (berbuat tidak baik), niscaya akan terdapat juga dalam kalangan umatku orang yang berbuat demikian. Dan bahwasanya Bani Israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan (madzhab). Dan umatku akan berpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya itu adalah masuk neraka kecuali, kecuali satu. Sahabat-sahabat berkata : Siapakah golongan itu ya Rasulullah? Jawab Nabi : itulah golongan yang teta menjalani yang kujalani dan sahabat-sahabatku”. Tarmidzi mengatakan bahwa hadits ini termasuk hadits hasan gharib.
Menurut para ulama,diantara 73 golongan itu terdapat :
·         20 golongan dari madzhab Syi’ah
·         20 golongan dari madzhab Khawarij
·         20 golongan dari madzhab Mu’tazilah
·         7 golongan dari madzhab Murjiah
·         1 golongan dari madzhab Bakriyah
·         1 golongan dari madzhab An-Najjariyah
·         1 golongan dari madzhab Jahamiyah
·         1 golongan dari madzhab karamiyah
            Inilah kesimpulan ahli sejarah Al-Amidi, sehingga umat Islam terjerumus kedalam perpecahan yang sangat hebat dan partai-partai yang bersimpang siur, yang satu dengan yang lainnya bermusuhan.
Dari penjelasan Amidi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa khilafiah terjadi karena pada hakikatnya segala yang diselidiki itu tidak terang, kurang terangnya tempat yang diperselisihkan, keinginan orang yang berbeda-beda, orang-orang yang berlainan watak, berbeda tujuan, taqlid terhadap orang-orang yang terdahulu, perbedaan kecerdasan, mencari pangkat dan kedudukan, fanatik dan pengaruh khayal dan waham dalam pikiran manusia itu sendiri.

3.      Aliran-Aliran dalam Islam
Permulaan dari perpecahan umat Islam boleh dikatakan sejak wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. Namun perpecahan itu reda karena terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah. Setelah beberapa lama Abu Bakar memegang kekhalifahan, mulai timbul kembali perpecahan yang disebabkan oleh orang-orang yang murtad dari Islam dan orang-orang yang mengumumkan dirinya menjadi nabi, seperti Musailamah Al-Kadzab, Thulaihah, Sajah dan lain-lain.
Disamping itu adapula golongan yang tidak mau membayar zakat kepada Abu Bakar. Padahal tadinya mereka semua membayar zakat kepada Nabi. Akan tetapi perselisihan itu segera dapat diatasi dan dipersatukan kembali karena kebijaksanaan khalifah Abu Bakar. Maka selamatlah kekuasaan Islam yang muda itu dari ancaman fitnah yang hendak menghancur-leburkannya. Demikianlah berjalan masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar dalam kubu persaudaraan yang erat dan pada masa kekhalifahan inilah digunakan kesempatan untuk menyiarkan dan mengembangkan Islam ke berbagai penjuru negeri.
Tetapi setelah Islam meluas kemana-mana, tiba-tiba diakhir khalifah Usman terjadi suatu cedera yang ditimbulkan yang kurang disetujui oleh pendapat umum.  Menurut pendapat umum, sebagian tindakan Usman kurang sesuai pada zamannya. Apalagi pada pelaksa-pelaksanya yang dinilai tidak beres dalam pekerjaan mereka karena kurang pengawasan dari Sayyidina Usman sendiri. Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk orang-orang yang lapar kedudukan yang hendak menggulingkan kedudukan Usman. Fitnah ini mengakibatkan terbunuhnya khalifah ketiga itu. Setelah itu Ali terpilih menjadi khalifah. Namun keputusan itu tidak disetujui oleh sebagian golongan. Bahkan ada yang menentang Ali hingga menuduhnya terlibat dalam pembunuhan Usman atau sekurang-kurangnya membiarkan komplotan pembunuhan Usman.
Semenjak itu, perpecahan islam hingga menjadi beberapa golongan dan partai. Diantaranya golongan yang setuju atas pengangkatan Ali, golongan yang mula-mula patuh dan setuju namun memilih untuk bersikap netral, golongan yang terang-terangan menentang Ali, Perpecahan yang memisahkan diri dari tentara Ali, Syi’ah, Qadariyah, Jabariyah, Murjiah, Karamyah, Khawarij dan Mu’tazilah, Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Dari penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwa aliran-aliran yang lahir dan berkembang dalam Islam tidak terlepas dari reaksi skisme (perpecahan) politik dalam Islam yang berawal dari terbunuhnya Usman Ibn Affan yang berimplikasi terhadap khalifah keempat, yakni Ali Ibn Abi Thalib . dan ketika keduanya terbunuh, wacana kemelut politik berkembang menjadi wacana agama.

4.      Sebab-Sebab Perpecahan Umat Islam
Sekiranya umat Islam berpegang teguh pada Kitabullah dan kepada Sunnah Nabi secara sempurna, tentulah mereka tidak akan membuka pintu kejahatan dan tidak pula membuka jalan bagi aneka kekacauan. Tentunya mereka tidak bercerai berai dan kesatuan mereka tidak hancur. Allah telah menerangkan akibat-akibat buruk bercerai berai dalam Al-Quran pada Surah Al-An’am ayat 159 yang berbunyi :
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikitpun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
            Diriwayatkan dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau bersabda :

“Aku telah tinggalkan padamu apa yang jika kamu berpegang kepadanya niscaya kamu tidak akan sesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”.
            Kemudian zaman berjalan terus. Ada bangsa-bangsa yang bangun dan kemudian jatuh, dan kadang-kadang kebudayaan mereka yang tinggi dan kemudian merosot, ada yang eksperimennya berhasil dan adapula yang gagal, ada yang bersengketa dan kemudian sepakat kembali, kadang ada yang menderita beberapa lama dan kemudian datang bahaya dan celah silih berganti hari demi hari. Begitulah manusia mengalami peristiwa-peristiwa sejarah. Maka pengalaman-pengalaman pahit-getir yang beraneka ragam warna itu memberikan kesan yang lebih dalam dari perasaan panca inderanya sendiri.
Hikmat Allah menghendaki supaya segala urusan yang terjadi didalam ini menurut qaidah sebab musabab (akibat). Maka beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya perpecahan dalam umat Islam adalah sebagai berikut.
1.      Pengaruh hawa nafsu yang mempengaruhi akal pembahas dan kecenderungan tiap-tiap pembahas pada apa yang disukai oleh hawa nafsunya. Hawa nafsu ini, mulai tumbuh ketika umat Islam berselisihan dalam masalah Khilafah.
2.      Perbedaan nerupakan aqal dalam menanggapi permasalahan hidup yang beraneka ragam coraknya.
3.      Membahas masalah-masalah yang sulit rumit yang sulit rumit yang sukar aqal memahaminya serta membahas sifat-sifat Allah yang menafikannya, sebagaimana mereka mereka membahas nash-nash yang mutasyabihat, masalah qadla dan qadar, perbuatan-perbuatan hamba dan lain-lainnya.
4.      Berkembang paham yang datang dari luar diantara umat islam. Banyak orang-orang Yahudi dan Nasrani hidup ditengah-tengah kaum Muslimin dan terpengaruh oleh pendapat-pendapat mereka yang menyalahi pendapat kaum muslimin.
5.      Banyak penganut-penganut agama lain yang masuk dan menampakkan diri sebagai orang yang beragama Islam, padahal mereka berusaha merusak umat Islam dari dalam.
6.      Penerjemahan kitab-kitab falsafah kedalam bahasa Arab diakhir masa Bani Umayyah, dipermulaan masa Bani Abbasiyyah. Karenanya munculnya berbagai nas’ah dalam pemikiran-pemikiran Islam dan mengalami kecenderungan mental para ulama.
7.      Pengistimbathan hukum-hukum Syar’i
Para Ulama berbeda-beda dalam mengistimbathkan hukum-hukum ‘amaliyah dari Kitab dan As Sunnah dan masing-masing menempuh jalan yang ditempuhnya, lalu mereka mengambil hukum yang ditunjuki oleh dalilnya. Pada perselisihan paham ini, kiranya dapat ditemukan pendapat berharga yang dapat dijadikan pembentuk suatu undang-undang yang adil dan sesuai dengan keadaan manusia serta dapat menyesuaikan dengan zaman.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian diatas, kami mengambil kesimpulan bahwasanya Tauhid sangat berpengaruh terhadap keyakinan jiwa seseorang untuk meng-Esakan Tuhannya. Hal ini berlaku sejak zaman Nabi Adam yang turun temurun kepada nabi-nabi selanjutnya hingga pada Nabi Akhiruzzaman Nabi Muhammad SAW yang dianut oleh umat Islam.
Namun setelah Nabi saw. wafat, banyak terjadi kerancuan antara umat islam, mereka memiliki kebingungan-kebingungan tentang masalah pemerintahan ataupun hukum-hukum yang dilaksanakan sebagai pedoman hidup pasca wafatnya Nabi SAW. Sebab ketika Nabi masih hidup, segala kegundahan tentang permasalahan hukum-hukum islam mereka tanyakan kepada beliau. Selain itu, sebelum nabi wafat beliau tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikannya sebagai pemimpin pada saat itu.  Dari sini muncul berbagai golongan yang sama-sama kuatnya untuk mempertahankan pendapat dan menguasai kursi kekhalifahan sehingga terbentuklah bermacam-macam aliran yang menyebabkan terpecahnya umat islam tersebut.

sangkut paut pemuda muslim masa kini


PEMUDA MUSLIM MASA KINI

pemuda muslim saat kini pasti mempunyai sangkut paut terhadap 6 tema dibawah ini:

A.cita-cita
              Ketika berbicara soal pemuda, dalam benak akan terbayang sosok manusia muda yang ambisius dan penuh semangat. tidak pas lagi jika berbicara pemuda tanpa membicarakan tentang cita-cita dan impian yang ingin diraih dari seorang pemuda dimasa yang akan datang.
              Hari ini saya memulai untuk wawancara, dan  yang saya wawancarai adalah teman saya sendiri. Saya memilih narasumber teman saya sendiri dikarenakan etnografi yang akan ditulis memiliki 6 temayang mengharuskan satu narasumber, dan saya ingin memastikan narasumber saya selalu bisa saat saya wawancarai. Alas an lainnya saya lebih enak untuk mewawancarai tanpa memakai bahasa formal dan menurut saya data bisa digali lebih banyak saat melakukan wawancara, karna kesehariannya bisa saya ikuti.
              Namanya Mohammad Chaudi Al-anshori, dia salahsatu mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dia mengambil jurusan Ilmu Al-qur’an dan tafsir, dan juga salah satu santri di pondok krapyak. Berbicara tentang cita-cita, dia bilang bahwa dalam masa pemuda tidak lagi berbicara tentang cita-cita melainkan rencana masa depan. Dia juga mengungkapkan sebagai berikut.
              “tiap orang yang lahir didunia ini pasti memiliki cita-cita ataupun keinginan yang cerah di masa depannya, pada saat saya masih kecil memang sempat terbenak bahwa saya ingin sekali menjadi tentara, dalam mewujudkan cita-cita saat masa kecil itu saya pernah melakukan aktifitas seperti halnya tentara dan sangat ingin saat lulus SMA saya langsung mendaftar di akademi tentara. Tetapi Tuhan menakdirkan saya berbeda dari keinginan saya, yang saat itu saya gagal untuk bisa masuk akademi tentara”.
              Disaat itu penulis melihat dia sangat kecewa tapi seperti sudah terbiasa, makadari itu penulis langsung bertanya tentang keinginannya sekarang untuk masa depannya nanti, dia pun mengatakan sebagai berikut.
              “sekarang saya menginginkan untuk mengabdi kepada masyarakat dilingkungan saya dimasa depan nanti, yah memang karna itulah saya kuliah bebarengan dengan mondok untuk mendalami ilmu agama tentunya”
              Penulis pun menanyakan, “mengapa menginginkan untuk mengadi kepada masyarakat dimasa depan anda?”
              Iapun menjelaskan, “ karna saya melihat kebelakang saat saya tidak diterima di akademi tentara, tetapi saat itu pula saya bisa diterima di kampus UIN ini. Sangat banyak saya melihat orang yang sangat ingin melanjutkan kuliah tetapi tak diterima dikampus yang dituju ataupun terhalang oleh biaya. Banyak orang yang ingin sekali mondok untuk mempelajari keagamaan tetapi lagi-lagi terhalang oleh krisisnya ekonomi, saya sangat ingin masyarakat dilingkungan saya ini mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya, terutama bagi pemuda seperti saya yang umurnya kisaran masih panjang. Itulah keinginan saya, entah lagi jika Tuhan berkehendak lain tetapi saya akan tetap berusaha dan berdoa untuk mewujudkannya”.
              Pada saat penulis menanyakan “mengabdi kepada masyarakat yang seperti apa yang anda inginkan?”, dia pun menyentuh dagu layaknya orang berfikir dan mengatakan sebagai berikut.
              “mengajar ngaji, menjadikan solusi dengan benar jika ada permasalahan dalam masyarakat mungkin, entah lah intinya untuk mengayomi masyarakat dalam melakukan sesuatu, menjadi penengah setiap adanya masalah, disamping itu pula saya mengamalkan ilmu saya kepada masyarakat”.
              Setelah itu penulis bertanya “Adakah keinginan anda yang lain terlepas mengabdi kepada masyarakat?” dia pun menjawab dengan lantang.
              “saya ingin menjadi dosen. Maka dari itu saat lulus dari UIN nanti saya ingin mendaftarkan beasiswa keluar negri untuk melanjutkan S2 saya. Bagi saya menjadi dosen adalah pekerjaan yang mulia dan istimewa. Saya bisa menjadi dosen di dalam kampus dan saya bisa mengabdi kepada masyarakat saat dirumah”
              Bagi Mohammad Chaudi Al-anshori  berbagi adalah bagian dari komitment dalam dirinya dan dia menginginkan sepanjang hidupnya bisa digunakan untuk berbagi ilmu Yang dia miliki untuk semua orang.



B.pergaulan sosial atau pertemanan
Sekarang saya akan melakukan wawancara menggunakan tema pergaulan sosial atau pertemanan. Pertemanan sebagai sarana membangun jaringan sangat dimanfaatkan oleh Mohammad Chaudy Al-anshori, Mohammad Chaudi Al-anshori tidak membatasi dengan siapa ia berjejaring, ia sangat aktif dipondok dan juga aktif dalam organisasi kampus maupun dijurusannya sendiri. Baginya semua sama, maupun teman baik ataupun buruk. Menurutnya itu tugas masing-masing individu dengan pengetahuannya untuk menyaring sikap mana yang perlu diikuti atau  tidak. Tanpa memutus hubungan jika ada temannya yang berkelakuan buruk. Karena menurut narasumber. Interaksi secara lansung itu dibutukan untuk dapat meiliki relasi yang baik, dengan interaksi secara lansung tersebut menjadikan narasumber dapat mencontoh suatu hal positif dari temannya tadi untuk dijakikan motivasi dan instropeksi diri dalam upaya membentuk karakter pribadi.
Penulis menanyakan “mengapa seperti itu, mengapa tidak hanya teman yang sekiranya baik saja dijadikan sebagai teman?” dan iapun menjawab.
“karna saya berusaha meniru perkataan kanjeng sunan kalijaga dalam keseharian “ngeli anangging ora keli” (menghanyut tetapi tak terhanyut). Jadi saya akan aktif dalam apapun, dan apapun yang saya ikuti terlampau buruk saya tidak terhanyut dalam keburukan itu”
Baginya relasi itu sangat penting dalam proses mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang menyikapi berbagai karakter orang. Hal ini membantu untuk proses kematangan berfikir dan proses pendewasaan.
Narasumber juga mengatakan berjejaring itu berawal dari teman ngopi satu tongkrongan. Narasumber sangat sering ngopi diwarung kopi dekat kampus maupun dekat pondoknya, karna menurutnya di warung kopi ia bisa sharing-sharing kecil sampai berdiskusi dengan keseriusan. Penulis mencoba menceritakan hasil pengamatan selama berteman. Narasumber ini tergolong orang yang suka berdiskusi, ia sangat sering memancing orang lain untuk menjadikan suasana berdiskusi ketika di warung kopi. Narasumber tergolong individu yang ramah dan suka tertawa yang membuat suasana selalu ramai.
Narasumber juga melakukan Kegiatan futal dengan teman kelas seminggu sekali juga menjadi rutinitasnya, baginya futsal seminggu sekali merupakan ajang untuk melepas penat dan membangun kedekatan lebih dengan teman – teman sekelasnya. Kegiatan main PES bareng juga merupakan salah satu cara untuk bisa akrab dengan orang lain.
Kesan saya terhadap narasumber adalah sikap yang suka berteman itu terlihat dalam setiap adanya acara organisasi atau kampus, melalui kegiatan pondok itu sudah termasuk yang mempunyai banyak teman karna tidak akan kegiatan itu ia jalani jika tidak adanya seorang teman. Ia sangat suka ke warung kopi untuk ngobrol santai dan berdiskusi. Menurut penulis ia adalah individu yang tak mau terlihat aktif dalam akademik, penulis sangat sering melihat narasumber sedang mengerjakan tugas dari dosen-dosennya tetapi ingin disembunyi-sembunyikan.
C.Religi/ Agama/ Ideologi
Masih denga narasumber yang sama, saya mencoba mendiskusikan pandangan narasumber terhadap agama. saya memulai dengan bertanya apakah agama hari ini terlalu mengikat kebebasan pemuda dalam berkreasi. Baginya tidak malah justru agama sangat membantu pemuda membangun karakter sehingga memiliki peribadian yang tangguh, seperti contoh agama mengajarkan agar manusia terus berusaha dengan gigih dan tidak putus asa. Ketika pemuda mau mengamalkan salah satu komponen dari ajaran agama ini saja pasti kehidupan mereka lebih terarah dan tidak mudah mengeluh. Agama sebagai salah satu ruh yang penting tersebut hari ini kurang diminati oleh kum muda. Disitu saya berusaha menggali kembali data seputar hal tersebut. Menurutnya hal ini kembali pada individu masing – masing bagaimana pemuda itu mau mengenal agama dan mau memahami agama. Selain itu menurutnya menciptakan lingkungan yang cocok juga merupakan bagian yang penting agar kehidupan pemuda tidak menjauh dari agama.
Sikap menyalahkan pemuka agama yang cenderung kaku dan kurang berinovasi dalam menyampaikan gagasan keagamaan baginya kurang tepat karena semenarik apapun gagasan itu ketika individu tidak menghormati maka akan percuma. Pemuda hari ini menurutnya harus menghormati dan tanggap terhadap agama, dengan berusaha berdiskusi dan mengikuti kajian yang berwawasan keagamaan. Sikap kaku yang cenderung ditonjolkan pemuka agama juga seharusnya menjadi keprihatinan bagi pemuda agar bisa ikut membantu mempolerkan agama ditengah–tengah kehidupan pemuda.  Inovasi–inovasi tenang bentuk penanaman jiwa religius pada pemuda, itu sulit ketika harus difikirkan pemuka agama yang cenderung telah sepuh itu. Inilah seharusnya pemuda tampil untuk mengambil peran dalam membantu proses penanaman jiwa religius pada pemuda. Karena yang paham pemuda ya pemuda. Menurutnya peran mahasiswa sebagai ta’mir mesjid, dan sebagai guru TPA/TPQ sangat membantu untuk menciptakan inovasi–inovasi baru dalam mempopulerkan agama dan mendekatkan agama dengan pemuda. Disamping keilmuan yang cakap mahasiswa juga biasanya dibekali pengajaran ilmiah yang dengan hal itu mahsiswa dapat lebih berfikir sistematis dalam merumuskan inovasi–inovasi baru. Selain itu, kedekatan mahasiswa dengan dosen juga membantu mahasiswa untuk dapat berdiskusi seputar inovasi–inovasi tersebut dan menjembatani para dosen untuk bisa terlibat dalam proses pengajaran dalam masyarakat. Karena banyak dosen yang hanya tinggal dan menghabiskan waktu untuk kegiatan kampus dan berdiskusi dengan sesama intelek dan kurang menjamah orang awam di masyarakat. Peranan penting pemuda di atas. Harus dimanfaatkan betul oleh pemuda untuk dapat berkontribusi dalam masyarakat. Karena baginya percuma ilmu itu kalau nggak bisa diterapkan langsung dalam masyarakat.
Ada beberapa point yang dianggap penting oleh narasumber bagi tiap individu agar tidak menganggap agama sebagai sesuatu yang menjenuhkan bahkan menganggap tidak penting. Ada tiga point disini, yang ketiga point ini ditarik dari segi keislaman yaitu keimanan sebagai pondasi awal hubungan individu dengan tuhan yang diikat oleh agama. Disini keimanan memiliki peranan penting dalam keteguhan individu ketika beragama. Karena ketika keimanan itu lemah maka, semangat individu untuk dapat mendekat ke agama itu menjadi berat. Terutama pemuda hari ini yang lingkungannya kurang mendukung hal itu. Keteguhan hati pemuda merupakan modal penting untuk menghadapi lingkungan yang kurang sesuai dengan kehidupan beragama. Poin kedua adalah ilmu, ilmu adalah bangunan yang nantinya berdiri kokoh diatas pondasi keimanan. Bagi narasumber ilmu ini penting untuk menunjang kegiatan keagamaan kita baik itu yang berhubungan Muamalah atau berhubungan dengan peribadatan. Dengan ilmu itu maka keimanan akan dapat di ekpresikan dengan benar baik dalam hubungan vertikal ke Allah atau horisontal kedapa sesama manusia, dan ilmu ini juga sangat penting untuk menyeimbangkan kedua hubungan tersebut. Point yang terakhir adalah amal yang merupakan bentuk kongkrit keimanan yang telah diarahkan oleh ilmu. Amal ini menjadi penyempurna dari dua point sebelumnya karena tanpa amal maka keimanan itu akan percuma. Jadi menurut narasumber sebenarnya hubungan antara agama dengan kehidupan pemuda itu sangat dekat dan justru pemuda harus mengambil peran untuk membangun sebuah karakter keagamaan dalam diri manusia. Namun pemuda hari ini kurang sadar dan enggan menanamkan tiga point diatas sebagai upaya membumikan agama dalam jiwanya. Disini seharusnya ranahnya pada mahasiswa muslim dan para intelektual muslim untum menyadarkan pemuda untuk segera mengambil peran masing – masing dan mulai membumikan agama dalam jiwanya sebagai upaya pembentukan karater dalam jiwa. Sehingga pemuda yang memiliki jiwa keagamaan itu dipandang memiliki point lebih dibanding pemuda – pemuda lain yang tidak memiliki jiwa keagamaan dalam dirinya. Dalam wawancara ini narasumber lebih terbuka dalam menyampaikan gagasan–gagasanya seputar kepemudaan dan agama yang agaknya hari–hari ini mulai hilang dari kehidupan pergaulan pemuda.


D.Transisi Pendidikan/ Dunia kerja
Sebagai seorang mahasiswa islam jurusan IAT Chaudy meniliki cita – cita sebagai seorang pengajar. Yang mana seorang pengajar dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan diluar kemampuan memahami materi. Kemampuan – kemamapuan lain itu diantranya yaitu sikap yang baik dan komunikasi. Dalam konteks membentuk sikap yang ini sangat memiliki ikatan atau hubungan erat dengan tema sebelumnya yaitu agama. Menurutnya sikap yang baik ini sangat diperlukan untuk meyakinkan lembaga yang nantinya akan merekrutnya sebagai tenaga pengajar. hal ini juga penting dalam proses pengajaran yaitu memperkuat hubungan seorang pengajar dengan pelajar. Hubugan yang erat antara pengajar dan pelajar ini sangat penting agar proses transfer ilmu belajar dengan baik dan maksimal. Disamping itu, hubungan erat yang timbul dari sikap baik sang pengajar memberikan semangat tersendiri bagi para siswa dalam mendengarkan dan mengikuti setiap materi yang diajarkan. Namun pembentukan kepribadian diri yang baik ini tidak diajaran dalam dunia kampus melainkan harus mencari dan membentuk karakter itu secara mandiri. Sepeti yang disampaikan diatas hal ini membutuhkan peran agama dan peran pergaulan untuk memdukung proses pembentukan karakter tersebut.
Proses pembentukan krakter yang terbangun mandiri melalui pergaulan, pendalaman agama dan pencarian pengalaman kerja adalah kunci utama dalam membentuk karakter dalam rangka menyongsong dunia kerja. Salah satu sarana yang penting adalah mencari pengalaman kerja dengan menjadi tentor privat dilembaga atau di rumah. Disitu sikap yang baik sangat diperlukan akan hubungan anak yang ditentor dengan tentor terbangun dengan baik, disamping itu sikap juga baik perlu untuk menjaga hubungan dengan orang tua murid agar kontrak sebagai tentor tidak putus ditengah jalan. Jadi sikap ini sangat membantu kelancaran proses pengajaran tersebut. Apa lagi dalam tentor privat rumahan yang akan banyak berintraksi langsung dengan murid dan wali murid. Jika tidak dapat mengendalikan sikap maka akan menganggu kelangsungan pekerjan. Selain itu, kecakapan dalam berkomunikasi juga sangat penting, karena dalam proses belajar mengajar menjadi tentor tidak langsung masuk ke topik materi melainkan dimulai dengan obrolan dan sedikit banyak berbincang seputar perkembangan murid dengan wali muridnya. Narasumber juga ikut organisasi yang membantu untuk belajar berkomunikasi dan menyampaikan tanggapan berdasarkan argumen yang baik, karena dalam organisasi narasumber sering bertemu dengan orang yang tentu memiliki pendapat yang berbeda – beda, disitu seorang pemuda dapat dibentuk karakternya agar lebih dewasa dan tidak mementingkan egoisnya sendiri. Disamping membantu mempersiapkan mental organisasi juga membantu membuat jaringan dengan pemerintah dan berbagai lembaga yang sangat dimungkinkan informasi lowongan kerja dan peluang untuk mendapatkan posisi–posisi tertentu menjadi relatif lebih mudah karena sudah ada jaringan yang menyambungkan. Selain itu, informasi antar anggota organisasi tentang lowongan kerja juga sangat membantu.
Proses persiapan ini dalam proses pengajaran untuk menyongsong dunia kerja juga difasilitasi oleh kampus berupa beberapa kegiatan seperti Magang, PPL dan KKN. Seperti yang pernah dilakukan narasumber yaitu magang disetiap akan memulai semester genap. Magang dilakukan disekolah – sekolah yang telah ditentukan oleh kampus. Hal ini sangat membantu untuk mengenali karakter – karakter siswa serta penyiapan mental sebelum benar - benar terjuan menjadi pengajar. disamping itu juga pengalaman berkomuniasi dengan guru yang lebih senior juga membantu agar tidak canggung ketika besok masuk di dunia kerja. Dari pengalaman narasumber yang sudah terbilang cukup itu. Narasumber merasa yakin nantinya siap untuk menghadapi tantangan dunia kerja kedepan.






































E.Karya /kreatifitas kerja.
Dalam tema ini saya dan naraumber berdiskusi seputar kemandirian. Bagaimana pemuda itu harus bisa mandiri dan kreatif dalam menyikapi permasalahan agar tidak merepotkan orang. Pemuda sebagai orang yang memiliki ambisi besar agaknya sangat mungkin jika menemukan suatu cara dalam menangani permasalahan yang mereka hadapi. Seperti contoh pembuatan stabilizer untuk kamera yang banyak diupload di youtube. Para penggiat youtube atau yang biasa dikenal youtubers banyak terkendala oleh mahalnya alat yang dibutuhkan untuk keperluan syuting, untuk itu mereka beruhasa memahami cara kerja alat stabilizer dan berusaha untuk membuat tiruanya yang harganya jauh lebih murah. Dalam proses pembuatan stabilizer sendiri ini mereka memakai pipa paralon untuk ragangan stabilizer. Mereka membuat ragangan dari pipa paralon karena mudah dijumpai dan harganya terbilang murah, selain itu pipa paralon juga termasuk kuat dengan berat yang terbilang ringgan. disitu untuk pergerakan kamera yang leluasa para anak muda youtubers itu memakai laher, laher banyak dijumpai di bengkel bengkel motor. Umumnya laher yang digunakan adalah bekas motor. Dan untuk bandul pemberatnya mereka memaikai cor, bandul ini berfungsi agar kamera selalu tegak walaupun kondisi kamera sedang dibawa berlari. Hal semacam ini, dipelopori oleh sebagian orang yang pada akhirnya bayak yang meniru dan memodifikasinya sesuai kebutuhan masing – masing.
Bentuk kreatifitas semacam ini menurut narasumber adalah dampak positif dari modernisasi yang mana menuntut para pemuda untuk bersaing, namun karena keterbatasan biaya. Sehingga, memaksa para pemuda itu untuk membuat inovasi. Hal ini membuktikan bahwa pemuda memiliki semangat yang kuat dalam meraih impiannya. Menurut narasumber semangat seperti ini harus di support dan dibina oleh pemerintah. Karena, ketika mereka tidak di support maka kreatifitas mereka akan mati. Entah karena minimnya biaya untuk membeli bahan atau kurangnya alat untuk memproduksi, hak cipta, perizinan produksi dll. Hal ini yang kerap membentur semangat kreasi pemuda Indonesia. Disini peran pemerintah untuk mendukung kebutuhan kreatifitas ini perlu ditingkatkan lagi. Peningkatan ini layaknya di usahakan oleh pemerintah dari segi pendanaan yang peraturan peraturannya. Dalam segi pendampingan, pemerintah dapat menggandeng beberapa universitas yang sesuai dengan bidang garapan. Hal ini juga akan memicu para mahasiswa dan dosen juga ikut berkompetisi lebih giat lagi. Kegiatan seperti ini juga ketika dibina dengan serius akan bisa membantu Indonesia lebih mandiri dalam bidang indrustri dan tidak banyak membutuhkan barang impor yang juga dapat mematikan indrustri dalam negri yang sedang berkembang,
Pertimbangan seperti ini agaknya kurang diperhatikan oleh pemerintah, tapi akhir – akhir ini pemerintah mulai menyumbang beberapa indrustri kreatif dan juga menyuport dan mulai mempromosikan produk dalam negri ketika lawatan keluar negri. Upaya seperti ini sangat perlu untuk dilakukan dan ditingkatkan, untuk membantu mendorong Indonesia lebih maju. Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia sebenarnya memiliki peluang yang sangat terbuka lebar untuk bisa besaing. Namun, kurangnya lahan pekerjaan yang bisa menyerap mereka yang menjadikan mereka menjadi pengangguran.
Namun tidak semua pengangguran tinggal diam berpangku tangan, mereka merintis usaha dan mulai memutar otak untuk berbisnis. Dalam kondisi inilah bantuan dan support pemerintah sangat dibutuhkan agar usaha yang mereka rintis tidak lagi ambruk dan mereka terpuruk kembali dalam kemiskinan dan pengangguran. Banyak karya anak nergi yang disia – siakan oleh pemerintah, seperti kasus pengusaha TV asal karanganyar bernama kusrin yang Tvnya dimusnahkan kepolisian karena tidak memiliki izin. Sehingga mengakibatkan kerugian yang mengharuskan pak kusrin memulai usahanya kembali dari nol. Padahal masalah perizinan itu bukan disengaja, namun sulit dan mahalnya perizinan yang mengakibatkan TV Maxreen produksi pak kusrin belum memiliki izin.
Hal seperti ini nampaknya sepele namun dapat mengakibatkan matinya kreatifitas, bertambahnya penganguran dan permasalahan lain. Namun, tahun kemaren presiden telah memberi izin dan hak paten kepada TV Maxreen rakitan anak negri itu. Dan presiden juga telah memberi suntikan dana untuk mengembangkan perusahaan itu. Menurut narasumber itu hanya sekelumit permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia berkenaan dengan pemuda dan kreatifitas. Namun, diluar sana masih banyak permasalahan yang sama yang menunggu untuk diselesaikan. Terutama tentang kreatifitas anak muda yang suka memodifikasi motor. Yang sering berhadapan dengan kepolisian berkenaan dengan masalah standart keamanan. Dari satu contoh kasus ini, ketika pemerintah turun dan memfasilitasi serta memberi pembinaan. Tidak mustahil jika anak bangsa mampu membuat motor dengan desain yang menarik dan yang terpenting memenuhi standart keamanan. Selain itu, banyak juga pemuda yang hobi modifikasi motor atau mobil jadul yang onderdilnya telah tidak beredar dipasaran sehingga bisa hidup dan layak jalan. Ketika hobi semacam ini difasilitasi maka ini bisa menjadi suatu keunggulan Indonesia yang bisa memperbaiki motor atau mobil jadul tersebut. Karena banyak negara yang menganggap motor dan mobil jadul itu sebagai barang rongsok. Mungkin hal ini yang perlu dipertimbangkan lagi oleh pemerintah untuk mendukung kreatifitas pemuda agar bisa dikenal dan dihargai oleh masyarakat dalam negri atau bahkan bisa ke international.
















F.Gender/ keluarga
Mengutip dari pendapat beberapa ahli, tentang gender dan kesetaraan gender. Mengacu pada pendapat Mansour Faqih, Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik, emosional, dan sebagainya. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga perubahan tersebut bisa terjadi dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah, baik itu waktu maupun kelas (Mansour Faqih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 8-9)
Masih dalam buku yang sama, Mansour faqih mengungkapkan bahwa sejarah perbedaan gender terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan Gender terbentuk oleh banyak hal yang disosialisasikan, diajarkan, yang kemudian diperkuat dengan mengkonstruksinya baik secara sosial maupun kultural. Melalui proses panjang tersebut pada akhirnya diyakini sebagai sesuatu yang kodrati baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, hal ini kemudian direfleksikan sebagai sesuatu yang dianggap alami dan menjadi identitas gender yang baku. Identitas gender adalah definisi seseorang tentang dirinya, sebagai laki-laki atau perempuan, yang merupakan interaksi kompleks antara kondisi biologis dan berbagai karakteristik perilaku yang dikembangkan sebagai hasil proses sosialisasi.
Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional dikemukakan oleh Nasarudin Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa sosial (Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001, h.35)
Sedangkan kesetaraan Gender adalah kalimat yang seringkali kita dengar terucap dalam diskusi ataupun tertulis dalam sejumlah referensi. Apa arti kesetaraan gender? Untuk menjelaskannya, berikut ini kami ketengahkan sejumlah istilah yang erat kaitannya dengan problematika gender selain istilah tersebut.
Isu kesetaraan gender ini nampaknya di Indonesia hanya terbatas pada wacana, karena tradisi yang berkembang di Indonesia membatasi perempuan dalam bertindak. Tradisi itu yang menjadikan isu kesetaraan gender kurang begitu mendapat respon dari masyarakat. Walaupun begitu, bagi narasumber kesetaraan gender telah mulai dilaksanakan di beberapa kota, seperti di Yogyakarta ini. Menurut narasumber Kesetaraan gender ini dapat dilihat dari penerimaan kerja baik laki–laki maupun perempuan yang tidak lagi didasarkan pada jenis kelamin melainkan berdasarkan skil dan pengalaman kerja yang telah dimilikinya. Bagi narasumber bukan perempuan saja yang merupakan objek dari kesetaraan gender. Tapi laki–laki juga masuk, karena juga kita jumpai dalam bidang–bidang pekerjaan tertentu laki–laki tidak mendapat peluang sebesar perempuan. Seperti menjadi SPG, perempuan akan mendapat peluang diterima lebih banyak. karena asalan lebih menarik. Bahkan terkadang pria diindentikkan dengan pekerjaan fisik dan perempuan ditempatkan untuk menembang tugas yang berhubungan dengan kecerdasan.
Perlakuan seperti ini kalau menurut narasumber masuk pada pelanggaran atau penyimpangan kesetaraan gender. Tapi mungkin politik hari ini lebih menguntungkan jika mengangkat perempuan dalam isu gender dari pada mengangkat laki–laki. Sehingga banyak orang yang menganggap bahwa pelanggaran kesetaraan gender itu pasti menimpa atau dialami oleh perempuan saja. Kekeliruan yang telah menjadi lumrah ini menjadikan pandangan kita terlalu sempit dalam memetakan masalah gender.




tauhid dan munculnya aliran-aliran dalam islam

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Dalam makalah ini, kami berusaha memberikan penjelasan mengenai perkembangan tauhid dan fakt...